pustaka.png
basmalah2.png


13 Rabiul-Awwal 1445  |  Kamis 28 September 2023

Ensiklopedi Hukum Islam: Azab

Ensiklopedi Hukum Islam: Azab

Fiqhislam.com - Azab dalam kamus bahasa Arab berarti; siksaan, kesengsaraan, penderitaan, kesakitan. Sementara secara defenisi adalah, siksaan, kesengsaraan, penderitaan atau kesakitan yang dirasakan oleh seseorang sebagai akibal tindakan buruk yang dilakukannya.

Masalah azab dan kebahagiaan sebagai anonimnya merupakan masalah yang paling hakiki dalam kehidupan manusia. Tujuan hakiki dari kehidupan manusia tidak lain adalah tercapainya kebahagiaan dan terhindar dari azab.

Oleh karena itu, sejak awal keberadaan manusia, masalah azab dan kebahagiaan telah menjadi pemikiran.

Di dalam agama-agama samawi (Yahudi. Nasrani, dan Islam) dikenal kisah manusia pertama, Adam AS dan istrinya yang terlempar dari taman kesenangan ke bumi karena ulah bujuk rayu iblis yang menawarkan kesenangan abadi kepada kedua insan itu.

Padahal, Tuhan telah memperingatkan keduanya agar jangan teperdaya terhadap bujuk rayu iblis. Alquran menyebutkan, "Dan Kami berfirman: 'Hai Adam, tinggallah oleh kamu dan istrimu di surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.’ Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula..." (QS. Al-Baqarah: 35-36).

Dari ayat ini terlihat bahwa keinginan kepada kesenangan dan terhindar dari azab merupakan fitrah manusia. Adam dan istrinya sampai terlanjur melanggar perintah Allah karena ditawarkan kesenangan abadi oleh iblis. Tetapi ternyata hal itu membuatnya dikeluarkan dari taman kebahagiaan.

Adanya azab dan kesenangan tidak terlepas dari eksistensi itikad dan perbuatan manusia. Berkenaan dengan hal itu, Allah SWT berfirman, "Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan batasan yang paling sempurna." (QS. 53: 39-4l).

Orang yang beritikad sesuai dengan ketentuan Tuhan atau melakukan perbuatan baik akan dibalas dengan pahala, sedangkan orang yang beritikad tidak sesuai dengan ketentuan Ilahi atau melakukan perbuatan buruk akan dibalas dengan dosa.

Selanjutnya, pahala membawa kebahagiaan dan dosa membawa azab sengsara. seperti disebutkan Alquran:

"... tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga). Dan orang-orang yang berusaha (menentang) ayat-ayat Kami dengan anggapan untuk dapat melemahkan (menggagalkan azab Kami), mereka itu dimasukkan ke dalam azab." (QS.34:37-38).

Dari ayat tersebut diketahui bahwa dosa terdiri atas dua bentuk, yakni dosa yang menyangkut itikad (seperti kafir dan syirik) dan dosa yang menyangkut tindakan (seperti membunuh orang, zina, memakan harta anak yatim, mencuri, dan merampok).

Menurut syariat Islam, kendati semua tindakan buruk yang diperbuat oleh manusia akan dibalas dengan azab, namun balasan azab itu tidak sama antara satu perbuatan dan perbuatan lain. Pelaku dosa besar (dosa) akan mendapat ganjaran azab yang lebih berat dan pelaku dosa kecil akan mendapat azab setimpal dengan perbuatannya itu.

Demikian pula dengan orang yang melakukan kebaikan, akan dibalas sesuai dengan kebaikan yang diperbuat­nya. Allah SWT berfirman, "... dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak akan menganiaya seorang jua pun.” (QS. 18: 49).

Dalam ayat lain Allah SWT berfirman, "Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (QS. 99: 6-8)

Dengan demikian, menurut Ayatullah Murtada Mutahhari (1919-1979), balasan di akhirat adalah perwujudan dari perbuatan di dunia, nikmat dan azab di akhirat adalah amal saleh dan amal jahat yang dilakukan di dunia.

Pada saat itu, tabir disingkapkan, dan terlihatlah amal-amal itu dengan jelas dalam bentuk keindahan atau kejelekan.

Betapa dahsyat dan pedihnya azab yang diderita oleh pelaku dosa besar tergambar pada sejumlah ayat Alquran berikut. Tentang azab yang diderita oleh orang yang membunuh sesama mukmin disebutkan dalam Alquran, "Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya." (QS. 4: 93).

Tentang azab bagi perampok dan pengacau keamanan yaitu, "Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, yaitu mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar." (QS. 5: 33).

Tak kalah pedihnya juga dengan azab yang akan diderita oleh pemakan harta anak yatim, "Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara lalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (QS. 4:10).

Dan masih banyak lagi azab yang diterangkan oleh Alquran menyangkut para pelaku dosa.

republika.co.id