Fiqhislam.com - Kota Jeddah terletak di pesisir barat Arab Saudi, di tepi Laut Merah. Pada 2.500 tahun lalu, Kota Jeddah merupakan sebuah desa nelayan.
Jeddah merupakan kota yang memiliki kelembapan tinggi di sebagian besar bulan sepanjang tahun. Hanya pada musim dinginlah kelembapan di sana turun signifikan.
Terletak di jalur perdagangan antara India, Timur Tengah, dan Mediterania, Jeddah terbilang kota penting. Di masa Khalifah Utsman bin Affan, Jeddah menjadi pelabuhan bagi jamaah haji yang akan menuju Makkah. Pada abad ke-16, bangsa Turki di bawah Dinasti Turki Utsmani membangun benteng di Jeddah sebagai pertahanan terhadap Portugis.
Jeddah berada di bawah kekuasaan Turki Utsmani hingga 1915 M. Tak mengherankan bila pengaruh bangsa Turki sangat terasa, terutama pada arsitektur bangunan. Hiasan di dinding Kota Jeddah merupakan salah satu atraksi yang menarik.
Kota Tua Jeddah, Jeddah al-Balad (al-Balad), merupakan area kota terbesar di Saudi. Jeddah al-Balad didirikan pada abad ketujuh dan pernah menjadi pusat Kota Jeddah. Al-Balad pernah memiliki dinding kota sebelum dihancurkan pada 1940-an.
Pada era 1970-1980-an ketika warga Jeddah makin sejahtera karena booming minyak bumi, banyak Jeddawi yang pindah ke utara, menjauh dari al-Balad. Al-Balad sendiri kini menjadi pengingat bagi warga lokal ketika mereka belum punya apa-apa. Ketika al-Balad kurang memiliki area parkir untuk kendaraan besar. Ketika toko-toko di sana masih menjual pakaian biasa.
Pemerintah Daerah Jeddah kemudian memulai usaha pelestarian cagar budaya di sana pada 1970-an. Pada 1991, Pemerintah Daerah Jeddah mendirikan Lembaga Pelestarian Sejarah Jeddah untuk menjaga karya arsitektur dan budaya bersejarah al-Balad. Pada 2002, dana 4 juta dolar AS dialokasikan untuk pelestarian bangunan bersejarah di sana.
Pada 2009, al-Balad dinominasikan SCTH untuk bisa dimasukkan dalam daftar situs Warisan Budaya Dunia UNESCO. Permintaan itu kemudian dikabulkan pada 2014. Untuk menjaga struktur lama di kawasan al-Balad, Departemen Pelestarian Kawasan Bersejarah dibentuk pada 1990 untuk membantu mempromosikan wisata budaya di Saudi.
Warga Jeddah membangun rumah menggunakan bata dari lumpur. Material ini dibuat di dekat Danau al-Arbaeen. Para perajin bata membuat bata secara manual menggunakan alat sederhana dengan mencetaknya pada cetakan kayu. Cetakan kayu untuk bata lumpur ini dibawa dari daerah tetangga seperti Wadi Fatima atau diimpor melalui jalur laut seperti dari India.
Bangunan-bangunan tua bersejarah di Kota Tua Jeddah tersebar di sejumlah kawasan antara lain Dar al-Nassif, Dar al-Jamjoom, Dar al-Baeshen, Dar al-Gable, dan Haret al-Mazloom. Beberapa bangunan di perkampungan Kota Tua Jeddah tingginya mencapai lebih dari 30 meter.
Beberapa bangunan juga masih terjaga kondisinya meski sudah berusia beberapa abad. Bangunan untuk permukiman warga ditandai dengan adanya Mlaagaf dan jendela berornamen yang disebut roshan. Dengan celah-celah yang ada, roshan berguna sebagai ventilasi udara terutama saat musim panas. Rumah satu dengan lainnya sengaja dibangun berdekatan untuk saling melindungi dari sengatan panas matahari. [yy/ihram]
Masjid-Masjid Bersejarah di Jeddah
Masjid-Masjid Bersejarah di Jeddah
Fiqhislam.com - Selain perkampungan, Kota Tua Jeddah juga punya sejumlah masjid yang sarat sejarah. Inilah masjid-masjid itu.
- Masjid al-Shafi'i yang merupakan masjid tertua di al-Maji Souk, al-Mazloom Hara'. Menara masjid ini dibangun pada abad ketujuh Hijriyah. Menara ini tergolong unik karena berbentuk tetragonal dan menyisakan rongga tengah untuk aliran udara. Hingga hari ini, Masjid al-Shafi'i yang telah direnovasi masih digunakan untuk beribadah masyarakat setempat.
- Masjid Utsman bin Affan atau Masjid Ebony. Disebut demikian karena memang ada dua batang kayu eboni dalam masjid sebagai struktur penopang utama. Masjid di al-Mazloom Hara' ini dibangun pada abad ke-9 hingga ke-10 Hijriyah.
- Masjid al-Pasha yang terletak di Haret al-Sham. Nama masjid ini diambil dari seorang keturunan bangsa Turki, Baker Pasha, yang pernah menjabat kepala daerah Jeddah pada 1735 Masehi. Masjid ini pernah memiliki menara kuno yang sangat ikonik sebelum akhirnya diganti menara baru pada 1978.
- Masjid Akash yang dibangun pada 1379 H atas perintah Akash Abaza. Lantai dasar masjid sengaja dibangun lebih tinggi dari jalan. Terjaga dengan baik, masjid ini digunakan untuk shalat lima waktu hingga saat ini.
- Masjid al-Mem'ar di sisi barat Jalan al-Alawi, al-Mazloom Hara. Memiliki arsitektur unik, masjid ini dibangun di era Mustafa Me'mar Pasha pada 1384 H. Masjid ini pun masih digunakan untuk shalat lima waktu.
- Masjid al-Rahma di al-Balad yang dibangun di atas permukaan laut.
- Masjid Raja Saudi yang berada di pusat Kota Jeddah dan dibangun di era kerajaan Saudi.
- Masjid al-Juffali di area Kota Tua al-Balad. Masjid ini berlokasi di seberang kantor Kementerian Luar Negeri Saudi.
- Masjid Hassan Anani di Benteng Kota Tua Jeddah, tepatnya di persimpangan antara Eastern Street dengan al-Hamra Corniche Road. [yy/republika]
Kampung-Kampung Tua di Jeddah
Kampung-Kampung Tua di Jeddah
Fiqhislam.com - Bagian dalam Kota Tua Jeddah terbagi menjadi beberapa perkampungan atau hara'. Tiap hara' diberi nama spesifik berdasarkan lokasi geografisnya atau kegiatan yang terkenal di tiap perkampungan. Berikut adalah kampung-kampung tersebut.
- Haret al-Mazloom di timur laut Kota Tua Jeddah hingga bagian utara Jalan al-Alawi. Perkampungan ini memiliki bangunan bersejarah seperti Dar al-Qabil, Masjid al-Shafi'i, dan al-Jami Souk.
- Haret al-Sham di bagian utara Kota Tua Jeddah. Di sana terdapat bangunan terkenal, Dar al-Surrati dan Dar al-Zahid.
- Haret al-Yemeni di bagian selatan Jalan al-Alawi. Hara' ini diberi nama Haret al-Yemeni karena posisinya menghadap Yaman. Di perkampungan ini terdapat Dar Nasif, Dar Jamjoum, Dar al-Shaarawi, dan Dar al-Samad.
- Haret al-Bahr di barat daya Kota Tua Jeddah. Hara' ini menghadap Laut Merah. Di sana terdapat Dar al-Radwan atau Radwan al-Bahr.
- Krintena Hara di selatan Kota Tua Jeddah. Perkampungan ini dulunya menghadap pelabuhan tua Jeddah sebelum berdiri pelabuhan modern dan rafinasi minyak. Dulu, hara' ini menjadi pintu masuk bagi jamaah haji yang datang melalui laut. Inilah perkampungan tertua di Jeddah. Hari ini, Krintena Hara lebih banyak didiami warga pendatang dari negara-negara Afrika.
- Haret al-Million Tifl (Hara of Million Children) di selatan Jeddah. Diberi nama demikian karena banyaknya populasi anak-anak di perkampungan ini. [yy/republika]