Fiqhislam.com - Menjelang pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di sejumlah daerah, Rabu (9/12) mendatang, kriteria-kriteria kepemimpinan harus menjadi perhatian agar yang dipilih betul-betul sosok ideal. Sekjen Al Washliyah Masyhuril Khamis mengatakan, ciri pemimpin yang ideal tidak berubah kriterianya dari zaman Rasulullah SAW hingga kini.
Dia mengatakan, umat Islam dituntut bijak memilih pemimpin yang ideal menurut perspektif Islam. "Kami menghimbau masyarakat supaya arif memilih pemimpin," ujarnya Rabu (2/12) lalu.
Kriteria pemimpin ideal, Masyhuril menyebutkan, hendaklah merujuk kepada Rasulullah SAW. Setidaknya, ada empat sifat yang ditunjukkan Rasul sebagai pemimpin, yakni; shiddiq (jujur), amanah, fathanah (cerdas), dan tabligh (aktif mengajak pada kebaikan).
"Rasulullah kalau ingin memilih pemimpin dari kalangan sahabatnya, Beliau SAW melihat dulu track recordnya. Apakah dia jujur, amanah, fathanah, dan seterusnya. Itu dibuktikan dengan keteladanan pribadinya," papar Masyhuril.
Tokoh Al-Washliyah ini juga memesankan agar pemimpin bangsa punya jiwa washliyah (penyambung) silaturrahim. Menurut Masyhuril, silaturrahim seorang pemimpin jangan hanya di kalangan elit politik atau internal kelompoknya saja. Silaturrahim harus mencakup seluruh kalangan dan elemen masyarakat.
"Jadi pemimpin itu harus suka berjamaah. Jangan sampai jadi pemimpin yang jarang ke masjid, jarang ikut kegiatan-kegiatan di masyarakat. Harus banyak bersilaturrahim dengan semua kelompok," ujarnya.
Di samping itu, yang lekat dengan pribadi Rasulullah dan tokoh pemimpin umat Islam dahulu adalah penyayang. Menurutnya, pemimpin yang diharapkan adalah orang yang santun dan sayang pada rakyat. "Sekarang yang terjadi, ketika masih calon sangat merakyat. Tapi sudah terpilih mereka lupa dengan rakyat. Mereka bangun rumah mewah di tengah masyarakat miskin yang menderita," jelasnya. [yy/republika]