Fiqhislam.com - Partai Masyumi 'reborn' dan Partai Ummat menambah daftar panjang jumlah partai Islamis di Indonesia. Apakah jumlah partai Islam ini akan menguntungkan umat muslim sebagai pemilih?
Sebagaimana diketahui, di Indonesia sudah ada beberapa partai yang mengusung nilai-nilai Islam. Beberapa di antaranya seperti PKS, PKB, PPP, PBB dan terbaru Partai Gelora.
Partai Masyumi Reborn dan Partai Ummat menjadi tambahan untuk jmlah partai Islam ini. Ketua Umum Partai Bulan Bintang atau PBB Yusril Ihza Mahendra menilai bahwa partai Islam yang makin justru tidak baik bagi umat Islam.
"Bagi saya, makin banyak jumlah partai Islam makin tidak baik bagi umat Islam karena suara para pendukung dan pemilih akan terpecah. Namun kita tidak dapat menyangkal fakta sejarah, maupun fakta masa kini, bahwa partai-partai Islam jumlahnya ada beberapa dan tidak bisa dijadikan satu," ujar Yusril kepada detikcom, Jumat (13/11/2020).
Yusril lantas membandingkannya dengan partai-partai kelompok di luar Islam. Menurutnya, partai-partai itu memang kerap terpecah.
"Hal yang sama sebenarnya juga terjadi pada kelompok di luar Islam. Di awal Reformasi 1998 ada beberapa partai Kristen berdiri. Partai-partai Nasionalis juga dalam sejarahnya terpecah kepada beberapa partai, ada PNI, ada Parindra, ada Partai Rakyat Nasional atau PRN dan sebagainya. Bahkan kelompok Marxis terpecah ke dalam PKI, Murba dan AKOMA (Angkatan Komunis Muda)," tuturnya.
Namun, dia memaklumi kehadiran partai-partai Islam ini sebagai ekspresi kebebasan dalam berserikat. Dia menilai kehadiran partai-partai baru ini sebagai keniscayaan.
"Tetapi apa boleh buat, di negara kita kebebasan berserikat dan berkumpul dijamin UUD 1945. Setiap saat 50 orang WNI boleh datang ke notaris untuk mendirikan partai baru. Jadi secara hukum, kehadiran partai-partai baru memang sulit dicegah," ungkapnya.
Mungkinkah Partai-partai Islam Baru Bisa Berjaya?
Peneliti Centre for Strategic of International Studies (CSIS) Arya Fernandes mengatakan bahwa partai-partai Islam yang baru muncul ini umumnya lahir karena konflik internal partai. Maka jika dilihat dari segmen pemilih, jumlahnya kecil.
"Umumnya partai-partai baru ini lahir karena ada konflik. Misal Gelora dari konflik internal PKS. Partai Ummat dari konflik internal PAN. Tapi dari sisi segmen pemilih mengecil," ujar Arya.
"Partai-partai baru ini akan sulit berkompetisi karena beberapa hal. Suara partai-partai tersebut, seperti PAN, PKB dan PKS sudah relatif suara. Meskipun ada atau pun kenaikan suara, naik atau turunnya tidak besar," sambutnya.
Baca juga:
Cerita Saling Serang Masyumi vs PKI yang Akhirnya Sama-sama Bubar
Selain itu, dia menyoroti platform partai Islam yang tidak jauh berbeda. Maka dari itu, dia menilai dampak partai-partai baru ini akan biasa saja.
"Kita lihat platformnya baik yang baru dan lama, relatif tidak jauh berbeda. Jadi saya kira dampaknya biasa-biasa saja. Pemilih memang bisa punya alternatif pilihan. Tapi secara umum partai baru ini sulit meraup suara. Pada pemilu 2019 kemarin saja banyak yang tidak lolos Parliamentary Threshold," tuturnya.
Menurutnya, partai-partai Islam yang baru muncul ini tetap memiliki peluang. Salah satunya yakni dengan berfokus pada program partai, bukan hanya ideologis.
"Harus berfokus pada program. Bisa melihat PKS. PKS waktu kampanye arahnya lebih umum janjinya. Seperti SIM seumur hidup. Tapi pas di parlemen lebih ideologis, seperti tampak dalam UU Larangan Minuman Beralkohol," ungkapnya. [yy/news.detik]
Artikel Terkait: