pustaka.png
basmalah2.png


16 Rabiul-Awwal 1445  |  Minggu 01 Oktober 2023

Pintu-pintu Surga: Istighfar

Pintu-pintu Surga: Istighfar
Fiqhislam.com - Ketika suatu saat Nabi bersama sahabatnya dalam suatu majelis, tiba-tiba datang seseorang pemuda yang menangis. Nabi bersama para sahabat mempertanyakan apa yang sedang terjadi pada diri pemuda itu, tetapi ia hanya menjawab saya telah berdosa besar.
Ia tidak mau menceritakan dosa apa yang telah dilakukannya. Dia hanya menjawab dosa yang dilakukannya dosa paling besar bahkan maha besar. Nabi bertanya kepada pemuda itu, apakah dosa anda lebih besar dari pada Allah Yang Maha Besar. Di luar dugaan Nabi dan para sahabat, pemuda itu menjawab: “Ia, dosa saya lebih besar daripada Tuhan Yang Maha Besar”.
 
Akhirnya para sahabat marah dan pemuda itu diusir keluar dari majelis Nabi. Tidak beberapa lama kemudian, Nabi mendapatkan isyarat dari Tuhan kalau si pemuda itu memilikipenyesalan yang amat dalam.
 
Nabi mencari pemuda itu ke sana ke mari akhirnya ia temukan seorang diri dalam sebuah goa. Ia mengikat dirinya sambil terus menangis. Ketika Nabi menjumpainya, ia menanyakan, apa sesunugguhnya yang sedang terjadi pada diri Anda? Kenapa Anda menganggap dosanya lebih besar dari pada Allah Yang Maha Besar? Ceritakanlah, karena disini tidak ada orang lain selain kita berdua.
 
Pemuda itu akhirnya menjelaskan: “Ada seorang gadis cantik di desa saya, saya sudah lama jatuh cinta tetapi cinta saya ditolak. Namun gadis itu meninggal. Ketika pengantarnya pulang dari makam, malam-malam saya gali kuburan gadis itu, saya angkat ke atas tanah, lalu aku gauli sepuasnya. Setelah selesai, saya tinggalkan dan membiarkan mayat itu tergeletak.
 
Setelah berjalan beberapa langkah, tiba-tiba aku mendengarkan suara gadis itu berkata: ‘Ya Allah, dosa apa gerangan yang saya lakukan di masa hidupku, kenapa pemuda itu tega melakukan hajatnya dan membiarkan jasad saya tergeletak di pinggir makam’. Itulah dosa yang paling besar yang baru saya lakukan,”
 
Dari situ Nabi terus menasehati pemuda itu, bahwa dosa sebesar apapun jika kita datang dengan istigfar dan taubat secara sempurna (taubah nashuha), maka tidak ada dosa yang tidak bisa diampuni Tuhan. Sebesar apapun dosa itu, pengampunan Tuhan jauh lebih besar. Siapapun di antara kita, jangan pernah frustrasi dan putus asa.
 
Tuhan Maha Tahu bahwa kita bukan malaikat, tetapi kita sebagai manusia yang memiliki potensi dan fasilitas untuk berdosa. Namun pada saat yang sama Tuhan menjanjikan pengampunan bagi para pendosa.
 
Teruslah kita beristigfar dan bertaubat. Istigfar ialah mengucapkan dan menghayati kalimat istigfar: Astagfirullah al-‘Adhim (Aku memohon pengampunan kepada Allah Yang Maha Besar). Jumlahnya tidak ditentukan namun semakin banyak semakin baik. Rasulullah mengucapkan kalimat istigfar tidak kurang100 kali dalam sehari.
 
Lafaz istiqfar termasuk kalimat sakral yang sering diwiridkan oleh para praktisi berbagai tarekat. Khasiat di dalam mewiridkan kalimat istigfar berbeda-beda dirasakan bagi setiap orang. Yang jelas siapapun secara konsisten mewiridkan kalimat istigfar siang dan malam maka akan diringankan beban batinnya.
 
Istigfar belum berarti apa-apa tanpa disertai dengan taubat (akan dibahas dalam artikel mendatang). Istigfar hanya anak tangga pertama pada proses bertaubat. Sebanyak apapun istigfar tanpa diikuti proses pertaubatan tidak akan banyak menolong seseorang.
 
Namun demikian, orang yang beristigfar dengan penuh kesungguhan penghayatan sudah menjadi bagian penting dari taubat. Orang yang rajin beristigfar akan selalu hidup dalam bimbingan dan pengampunan Allah Swt, sebagaimana disebutkan dalam hadist: “Orang yang beristighfar, tidak dapat dikategorikan sebagai orang yang bergelimang dalam dosa, walaupun ia mengulanginya sampai 70 kali dalam sehari.”
 
Dalam hadis lain disebutkan: “Tidak ada dosa kecil selama ia tetap melakukannya secara terus menerus, dan tidak ada dosa besar selama ia tetap beristighfar.”

Oleh: Nasaruddin Umar
yy/inilah.com