pustaka.png
basmalah2.png


16 Rabiul-Awwal 1445  |  Minggu 01 Oktober 2023

Pintu-pintu Surga: Tawwab

Pintu-pintu Surga: Tawwab
Fiqhislam.com - Dalam sebuah riwayat diceritakan ada seorang pemuda yang malang melintang hidupnya selalu tenggelam di dalam dosa dan kemaksiatan. Masyarakat mengusir pemuda ini ke luar perkampungan warga.
Dalam keadaan lemah si pemuda ini merenungi nasibnya di tepi sebuah telaga. Ia menyaksikan ada seekor anjing kehausan dari tadi berusaha untuk menggapai air telaga tetapi terlalu dalam untuk dicapai bagi seeokor anjing.
 
Akhirnya si pemuda ini didorong rasa iba, ia membuka sepatunya lalu mengambil air dari telaga itu, kemudian diberikan kepada anjing itu. Ia senang sekali menyaksikan anjing itu minum dengan begitu lahapnya dari air yang ada di dalam sepatu pemuda itu. Mendengar cerita ini maka Nabi mengomentari bahwa pemuda itu kelak adalah penghuni surga.
 
Pelajaran penting dari cerita yang dikisahkan dalam hadis ini menunjukkan kepada kita bahwa dosa sebanyak apapun dan sebesar apapun jika disadari lalu diimbangi dengan perbuatan baik, baik terhadap sesama maupun makhluk hidup Tuhan lain seperti anjing yang baru saja ditolong pemuda tadi, akan menuai ampunan Tuhan.
 
Pengampunan Tuhan seperti yang ditujukan kepada pemuda tadi disebabkan karena si pemuda itu menyadari seluruh dosa dan kesalahannya. Ia tidak frustrasi terhadap pengampunan Tuhan dan ia pun mengganti perbuatan jahatnya dengan perbuatan baik, meskipun itu baru dilakukan kepada binatang. Apa yang dilakukan pemuda itu sesungguhnya itulah yang disebut dengan tawwab.
 
Tawwab berasal dari akar kata yang sama dengan taubah, yakni dari kata taba-yatubu berarti kembali. Dari akar kata ini membentuk kata al-taib (ism fa’il) yang dalam istilah agama Islam berarti orang-orang yang kembali ke jalan yang benar setelah malang melintang di dunia kegelapan dosa dan maksiat. Ia kembali kepada jalan Tuhan setelah melakukan zig-zag ke jalan iblis.
 
Dari akar kata yang sama juga terbentuk kata tawwab dalam istilah tasawuf berarti orang-orang yang bolak-balik kembali ke jalan yang benar karena dipicu oleh penyesalan yang mendalam disertai ketakutan akan murka Tuhan, kemudian mengganti karakter buruknya menjadi karakter baik.
 
Taib hanya sesekali melakukan pertobatan diri, sedangkan tawwab setiap kali melakukan dosa, termasuk dosa paling ringan sekalipun, ia selalu kembali dan menyerahkan dirinya kepada Tuhan. Ia sadar betul bahwa ajal bisa datang tiba-tiba tanpa persiapan sebelumnya, karena itu, ia selalu berusaha untuk selalu kembali (tawwab) setiap kali melakukan dosa/maksiat.
 
Di dalam Al-Qur’an Allah menjanjikan cinta dan kasih sayang kepada orang-orang yang bolak-balik selalu bertobat (al-tawwabin), bukannya kepada orang-orang yang sekali atau sesekali bertaubat, sebagaimana firmannya: Innallah yuhib al-tawwabin wa yuhibb al-muthathahhirin (Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang selalu bertaubat dan selalu membersihkan diri). Ayat ini juga menjanjikan cinta kepada orang-orang yang rajin membersihkan diri (al-muthathahhirin), yaitu orang-orang yang selalu mensucikan niat dan tingkah lakunya di hadapan Allah Swt.

Oleh: Nasaruddin Umar
yy/inilah.com