Fiqhislam.com - Sains atau ilmu pengetahuan memiliki makna yang sangat luas dalam tradisi Islam. Dia mencakup rasio dan juga dimensi metafisika yang ada dalam Alquran dan sunah.
Kontribusi Ilmuwan Muslim dalam bidang sains sangatlah besar pada masa-masa kejayaan Islam. Hingga saat ini, sains Islam masih banyak dikaji di berbagai dunia, di forumforum diskusi maupun di universitasuniversitas.
Seperti apa masa depan sains Islam?
Berikut wawancara lengkap wartawan Republika Muhyiddin bersama Direktur Pascasarjana Yildiz Technical University Turki, Prof Alparslan Acikgenc, usai menjadi pembicara di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, belum lama ini.
Bagaimana Anda melihat masa depan sains Islam?
Untuk melihat masa depan sains Islam kita harus melihat aktivitas sains Islam di dunia Muslim, apa yang sedang dilakukan umat Islam berkaitan dengan sains. Pertama, kata sains dalam bahasa Inggris saat ini dipakai berkaitan dengan kegiatan sains biasa, seperti kimia, fisika, biologi, dan kedokteran.
Tapi, dalam tradisi Islam, saat kita meng gunakan kata sains itu merupakan bahasa Arab yang artinya ilmu. Penggunaan nya untuk pengertian sains yang lebih luas.
Berkaitan dengan segala macam jenis sains. Termasuk agama, sosial, manusia, dan fisika. Jadi, itu luas dan kita harus memahaminya dalam perspektif itu. Jangan hanya melihat dalam aspek fisika dan teknik. Kita harus merujuk kepada semua itu secara bersamaan.
Jadi, saat memahami sains Islam, hal yang pertama kita harus lihat adalah kenyataan saat ini. Biasanya mereka yang belajar fisika dan teknik itu sering memahaminya dari perspektif peradaban Barat. Mereka tidak menghasilkan sesuatu yang baru. Mereka hanya meniru dari Barat dan mencoba menjelaskan dan bekerja dengan sains itu saja.
Sementara, dalam sains sosial dan kema nusiaan, mereka mencoba untuk menciptakan framework (kerangka) baru. Nah ini yang sebenarnya lebih penting dibanding kan sains fisika dan teknik tadi. Jika bisa mencapai hal itu maka dunia ini akan bisa menyediakan kerangka keislaman yang pantas untuk segala macam keilmuan.
Saya yakin, pada masa depan arahnya akan berubah secara perlahan. Misal, saya tidak hanya mendapat keuntungan dari Barat, tapi juga melihat apa yang mereka lakukan dalam dunia keilmuan. Selain itu, kita juga bisa menciptakan teori kita sendiri, penemuan dan teknologi kita sendiri. Dengan itu, sains Islam akan kembali menjadi rujukan dunia.
Artinya, masa depan Islam itu punya harapan besar, tapi semua bergantung pada kerja keras kita dan seberapa besar bisa mengembangkan falsafah kita sendiri. Kebutuhannya adalah untuk kerangka sains yang saya katakan tadi. Ini poin yang paling penting dari itu semua. [yy/republika]
Alquran dan Sunah Kekuatan Sains Islam
Al-Quran dan Sunah Kekuatan Sains Islam
Fiqhislam.com - Sains atau ilmu pengetahuan memiliki makna yang sangat luas dalam tradisi Islam. Dia mencakup rasio dan juga dimensi metafisika yang ada dalam Alquran dan sunah.
Kontribusi Ilmuwan Muslim dalam bidang sains sangatlah besar pada masa-masa kejayaan Islam. Hingga saat ini, sains Islam masih banyak dikaji di berbagai dunia, di forumforum diskusi maupun di universitasuniversitas. Seperti apa masa depan sains Islam?
Berikut wawancara lengkap wartawan Republika Muhyiddin bersama Direktur Pascasarjana Yildiz Technical University Turki, Prof Alparslan Acikgenc, usai menjadi pembicara di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, belum lama ini.
Seperti apa karakteristik sains Islam?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus melihat ke dalam sejarah keilmuan dalam peradaban Islam. Sekarang, pertama, ini sama dengan semua tradisi bahwa keilmuan yang setiap ilmuwan kembang kan memiliki bahasa masing-masing. Karakteristiknya yang pertama adalah bahasa keilmuan kita adalah Arab. Jadi, artinya, jika ingin sukses maka ilmuwan harus belajar bahasa Arab.
Sebelum kita melanjutkan, mungkin ada baiknya saya harus menjelaskan suatu hal terlebih dahulu yang meskipun penemuan dalam sains secara universal tidak ber ubah dalam setiap masyarakat dengan masyarakat lainnya, tapi cara pengungkapan penemuan itu harus dipahami dan di lakukan dengan cara yang berbeda dalam tradisinya.
Sekarang ini artinya sains sebenarnya memiliki karakteristik yang sama seperti dengan sains di dunia manapun, tidak ada bedanya dalam Islam atau Barat sekalipun. Tapi, seperti yang sudah saya katakan, framework-nya berbeda.
Karena itu, setiap ilmuwan memiliki karakteristik masing-masing. Dan karakteristik dari sains Islam adalah bahasa Arab. Itu terminologi yang hanya dimiliki kita. Misal, kata mahiyah yang kita gunakan, itu tidak mungkin diter jemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Mereka mengartikannya sebagai esensi. Itu tak salah dan secara metafisik benar, tapi saat kita menggunakannya dalam mahiyatul insan, human nature, maka di sana mahiya diartikan sebagai nature (alam). Padahal, secara metafisika mereka meng artikannya sebagai esensi. Jadi, lihat saja, itu tidak bisa diterjemahkan. Bisa saja dicarikan arti relatifnya yang bisa digu nakan.
Contoh lainya kata fitrah, juga tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Lagi-lagi diartikan sebagai nature (alam). Atau, misal, contoh lainnya kata teologi tidak ada dalam tradisi sains Islam. Awalnya orang Barat mengartikannya dari bahasa Yunani, theologia. Dalam bahasa Arab tidak ada kata itu karena sulit diungkapkan. Akhirnya, Ibnu Sina bisa mengembangkan kata itu menjadi ilahiyah.
Jadi, dalam tradisinya sains Islam memiliki karakteristik tersendiri. Dan satu hal lagi, karakteristik sains Islam lahir dari Alquran dan sunah. Berbeda dengan orang-orang pada zaman ini tidak berpaku pada itu lagi. Mereka hanya berpikir secara matematis dengan mengesampingkan Alquran dan sunah.
Pada awalnya orang-orang banyak belajar karena Alquran juga mendorong manusia untuk mempelajarinya. Nabi kita membangun sekolah pertama di Madinah. Mengajarkan ilmu tradisional dan mengem bangkannya.
Saat orang-orang belajar, mereka mendapat aktivitas keilmuan yang baru, hingga mencapai level tertentu, mereka menciptakan aljabar, kimia, dan optik yang sebenarnya itu sudah ditemukan oleh umat Islam sejak lama. Tapi, pada saat yang bersamaan, ada juga orang-orang Yunani yang juga memiliki kerja yang besar dalam sains. Akhirnya, mereka juga mengambil dari keilmuan Yunani.
Jadi, ini karakter lain dari sains Islam yang juga lahir dari sumber luar. Tentu saja dalam perkembangannya cendekiawan Muslim mengembangkan banyak ketentuan teknikal yang menjadi sangat kaya dan dinamis sehingga menjadi tradisi keilmuan. [yy/republika]
Tantangan Sains Islam di Masa Depan
Tantangan Sains Islam di Masa Depan
Fiqhislam.com - Sains atau ilmu pengetahuan memiliki makna yang sangat luas dalam tradisi Islam. Dia mencakup rasio dan juga dimensi metafisika yang ada dalam Alquran dan sunah.
Kontribusi Ilmuwan Muslim dalam bidang sains sangatlah besar pada masa-masa kejayaan Islam. Hingga saat ini, sains Islam masih banyak dikaji di berbagai dunia, di forumforum diskusi maupun di universitasuniversitas. Seperti apa masa depan sains Islam?
Berikut wawancara lengkap wartawan Republika Muhyiddin bersama Direktur Pascasarjana Yildiz Technical University Turki, Prof Alparslan Acikgenc, usai menjadi pembicara di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, belum lama ini?
Apa Tantangan Sains Islam ke Depan?
Tantangan terbesar yang dihadapi adalah tradisi keilmuan global. Karena keilmuan juga menjadi global. Sekarang ini di belahan bumi manapun, termasuk Mus lim, juga menggunakan tradisi global saat ini. Tapi, seperti diketahui bahwa itu datang dari Barat dan itu merupakan tradisi ke ilmuan Barat yang saat ini terglobalisasi.
Sekarang karakter keilmuan mereka sekuler dan ateis. Artinya, bertentangan dengan agama. Proyek yang mereka kerjakan juga ber tentangan dengan agama. Terlihat secara jelas. Jadi, itulah tantangan terbesar sains Islam.
Bagaimana peran sains Islam dalam menghadapi tantangan ke depan?
Peran sains Islam seharusnya untuk menghadapi dua agenda itu, aspek sekularisme dalam keilmuan. Tapi, tentu kita harus berhati-hati dalam topik ini. Jangan menggunakan kata sekuler dalam paham politik, tetapi dipahami secara metafisik dan filosofis.
Sekularisme dalam keilmuan berarti membersihkan pikiran dari pemahaman ketuhanan dan meninggalkan kemanusiaan sendiri secara terpisah. Ini bahaya, dan itu peran utama bagaimana menghadapi masalah ini dan membawa ide-ide terkuat dalam Islam dan bagaimana membawa tauhid ke dalam sains ini.
Jadi, tentu terkadang cendekiawan Muslim yang bergerak dalam fisika dan kimia mengatakan apa yang harus dilakukan tauhid dalam fisika karena tauhid tidak ada hubungannya sama sekali dengan fisika. Ilmu ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama.
Yang harus dicatat, saat mengemukakan teori atau penemuan baru, seharusnya tidak mengesampingkan ketuhanan dalam hal tersebut, dalam pikiran manusia. Bagaimana caranya. Yaitu, menggunakan apa yang dilakukan cendekiawan kita dulu, yakni harus mengekspresikan tauhid di tengah sekulerisme.
Apa peran ilmu agama dan pendidikan dalam menghadapi tantangan ke depan?
Dua hal ini sangat penting. Kenapa? Ingat apa yang saya katakan tadi bahwa sains Islam untuk menghadapi sekularisme dan ateisme. Tapi, bagaimana kita menghadapi itu ya dengan agama. Bagaimana me nanamkan bahwa Tuhan yang menciptakan semuanya dan Dia yang Mahakuasa, semua sama.
Hasilnya, nanti pada akhirnya kita hanya tinggal memberikan sedikit arahan tepat pada tradisi sains global. Kita tidak bisa menghentikan sains global, mustahil, karena bergerak dengan cepat dan sangat kuat. Itu seperti arus banjir yang mengalir deras, dan kalaupun dipotong dia akan tetap mengalir.
Jadi apa yang bisa dilakukan?
Kita membangun saluran untuk mengalirkan air, sehingga bisa dimanfaatkan dengan benar. Saat dialirkan dengan benar maka arus air itu akan menjadi lebih lambat dan lebih terarah, sehingga bisa lebih dikontrol. Maka itu, yang harus kita lakukan, memberikan arahan bagi tradisi sains global. Setelahnya akan lebih mudah. Baru setelah itu kita bisa saling bekerja sama.
Bagaimana kita mencapainya?
Dengan pendidikan. Pendidikan itu kebutuhan dan agama itu sumbernya. Apakah sains menjadi faktor utama untuk mengembalikan kejayaan Islam? Jelas, lihat saja sekarang kita memiliki referensi yang bagus dari Bediuzzaman Said Nursi dari Turki. Dia memiliki ide ce merlang. Dia mengatakan, ini akhir zaman dan kita mendekati akhirat.
Di zaman ini semua pelajaran, semuanya akan berubah menjadi sesuatu hal yang bersifat saintifik. Jadi kalau seperti itu masa depan Islam dan juga umat Islam akan menjadi sangat penting bagaimana untuk memaha mi agama, baru selanjutnya memahami sains dan teknologi. Jadi, itu penting, tapi sains dan teknologi itu merupakan hal penting kedua.
Yang utama adalah memahami agama karena kita harus membekali diri kita dengan benar karena apa yang kita dapat melalui agama akan memberikan kita perspektif dan kerangka berpikir yang baik untuk melihat sains dan teknologi. Tapi, kalau Anda mengatakan, saya tidak peduli dengan sains dan hanya peduli dengan agama maka Anda hanya akan berada di satu sisi.
Itu tidak bisa dilakukan untuk saat ini, karena pada zaman ini dibutuhkan keduanya. Kalau hanya punya satu tidak akan bisa bertahan pada era ini. Pada masa lalu, orang bertahan hanya dengan menggunakan agama, tanpa ilmu. Tapi sekarang bukan seperti itu caranya. Itu jelas, karena semua berdasarkan sains, pembelajaran saintifik, dan teknologi. [yy/republika]
Sains Islam akan Kembali Jadi Rujukan Dunia
Sains Islam akan Kembali Jadi Rujukan Dunia
Fiqhislam.com - Ilmu pengetahuan memiliki makna yang sangat luas dalam tradisi Islam. Ia mencakup rasio dan juga dimensi metafisika yang ada dalam Alquran dan Sunah.
Kontribusi ilmuwan muslim dalam bidang sains sangatlah besar pada masa-masa kejayaan Islam. Hingga saat ini, sains Islam masih banyak dikaji di berbagai dunia, di forum-forum diskusi maupun di universitas-universitas.
Seperti apa masa depan sains Islam? Berikut wawancara lengkap wartawan Republika Muhyiddin bersama Direktur Pascasarjana Yildiz Technical University Turki, Prof Alparslan Acikgenc usai menjadi pembicara di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beberapa waktu lalu.
Bagaimana Anda melihat masa depan Sains Islam?
Untuk melihat masa depan sains Islam kita harus melihat aktivitas sains Islam di dunia Muslim, apa yang sedang dilakukan umat Islam berkaitan dengan sains. Pertama, kata sains dalam bahasa Inggris saat ini dipakai berkaitan dengan kegiatan sains biasa, seperti kimia, fisika, biologi, dan kedokteran.
Tapi dalam tradisi Islam, saat kita menggunakan kata sains itu merupakan bahasa Arab yang artinya 'ilmu.' Penggunaannya untuk pengertian sains yang lebih luas. Berkaitan dengan segala macam jenis sains. Termasuk agama, sosial, manusia, dan fisika. Jadi itu luas, dan kita harus memahaminya dalam perspektif itu. Jangan hanya melihat dalam aspek fisika dan teknik. Kita harus merujuk kepada semua itu secara bersamaan.
Jadi saat memahami sains Islam, hal yang pertama kita harus lihat adalah kenyataan saat ini. Biasanya mereka yang belajar fisika dan teknik itu sering memahaminya dari perspektif peradaban Barat. Mereka tidak menghasilkan sesuatu yang baru. Mereka hanya meniru dari Barat dan mencoba menjelaskan dan bekerja dengan sains itu saja.
Sementara, dalam sains sosial dan kemanusiaan, mereka mencoba untuk menciptakan framework (kerangka) baru. Nah, ini yang sebenarnya lebih penting dibandingkan sains fisika dan teknik tadi. Jika bisa mencapai hal itu maka dunia ini akan bisa menyediakan kerangka keislaman yang pantas untuk segala macam keilmuan.
Saya yakin pada masa depan arahnya akan berubah secara perlahan. Misal, saya tidak hanya mendapat keuntungan dari Barat, tapi juga melihat apa yang mereka lakukan dalam dunia keilmuan. Selain itu, kita juga bisa menciptakan teori kita sendiri, penemuan dan teknologi kita sendiri. Dengan itu, sains Islam akan kembali menjadi rujukan dunia.
Artinya masa depan Islam itu punya harapan besar tapi semua bergantung pada kerja keras kita dan seberapa besar bisa mengembangkan falsafah kita sendiri. Kebutuhannya adalah untuk kerangka sains yang saya katakan tadi. Ini poin yang paling penting dari itu semua.
Apa saja karakteristik sains Islam saat ini?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus melihat ke dalam sejarah keilmuan dalam peradaban Islam. Sekarang, pertama, ini sama dengan semua tradisi bahwa keilmuan yang setiap ilmuwan kembangkan memiliki bahasa masing-masing. Karakteristiknya yang pertama adalah bahasa keilmuan kita adalah Arab. Jadi artinya jika ingin sukses, maka ilmuwan harus belajar bahasa Arab.
Sebelum kita melanjutkan, mungkin ada baiknya saya harus menjelaskan suatu hal terlebih dahulu yang meskipun penemuan dalam sains secara universal tidak berubah dalam setiap masyarakat dengan masyarakat lainnya, tapi cara pengungkapan penemuan itu harus dipahami dan dilakukan dengan cara yang berbeda dalam tradisinya.
Sekarang ini, artinya sains sebenarnya memiliki karakteristik yang sama seperti dengan sains di dunia manapun, tidak ada bedanya dalam Islam atau Barat sekalipun. Tapi seperti yang sudah saya katakan, framework-nya berbeda. Karena itu, setiap ilmuwan memiliki karakteristik masing-masing.
Dan karakteristik dari sains Islam adalah Bahasa Arab. Itu terminologi yang hanya dimiliki kita. Misal kata mahiyah yang kita gunakan, itu tidak mungkin diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Mereka mengartikannya sebagai esensi. Itu tak salah dan secara metafisik benar, tapi saat kita menggunakannya dalam mahiyatul insan, human nature, maka di sana mahiyah diartikan sebagai nature (alam).
Padahal secara metafisika mereka mengartikannya sebagai esensi. Jadi lihat saja, itu tidak bisa diterjemahkan. Bisa saja dicarikan arti relatifnya yang bisa digunakan. Contoh lainya kata fitrah, juga tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Lagi-lagi diartikan sebagai nature (alam).
Atau, contoh lainnya, kata teologi tidak ada dalam tradisi sains Islam. Awalnya, orang Barat mengartikannya dari bahasa Yunani, theologia. Dalam bahasa Arab, tidak ada kata itu karena sulit diungkapkan. Akhirnya, Ibnu Sina bisa mengembangkan kata itu menjadi ilahiyah.
Jadi, dalam tradisinya sains Islam memiliki karakteristik tersendiri. Dan satu hal lagi, karakteristik sains Islam lahir dari Alquran dan Sunnah. Berbeda dengan orang-orang pada zaman ini tidak berpaku pada itu lagi. Mereka hanya berpikir secara matematis dengan mengesampingkan Alquran dan sunnah.
Pada awalnya orang-orang banyak belajar, karena Alquran juga mendorong manusia untuk mempelajarinya. Nabi kita membangun sekolah pertama di Madinah. Mengajarkan ilmu tradisional dan mengembangkannya.
Saat orang-orang belajar, mereka mendapat aktivitas keilmuan yang baru, hingga mencapai level tertentu, mmereka menciptakan aljabar, kimia, dan optik yang sebenarnya itu sudah ditemukan oleh umat Islam sejak lama. Namun, pada saat yang bersamaan, ada juga orang-orang Yunani yang juga memiliki kerja yang besar dalam sains. Akhirnya mereka juga mengambil dari keilmuan Yunani.
Jadi, ini karakter lain dari sains Islam yang juga lahir dari sumber luar. Tentu saja dalam perkembangannya cendekiawan Muslim mengembangkan banyak ketentuan teknikal yang menjadi sangat kaya dan dinamis sehingga menjadi tradisi keilmuan.
Apa saja tantangan sains Islam ke depan?
Tantangan terbesar yang dihadapi adalah tradisi keilmuan global. Karena keilmuan juga menjadi global. Sekarang ini di belahan bumi manapun, termasuk Muslim, juga menggunakan tradisi global saat ini.
Namun, seperti diketahui bahwa itu datang dari Barat dan itu merupakan tradisi keilmuan Barat yang saat ini terglobalisasi. Sekarang karakter keilmuan mereka sekuler dan ateis. Artinya bertentangan dengan agama. Proyek yang mereka kerjakan juga bertentangan dengan agama. Terlihat secara jelas. Jadi itulah tantangan terbesar sains Islam.
Bagaimana peran sains Islam dalam menghadapi tantangan ke depan?
Peran sains Islam seharusnya untuk menghadapi dua agenda itu, aspek sekularisme dalam keilmuan. Tapi tentu kita harus berhati-hati dalam topik ini. Jangan menggunakan kata sekuler dalam paham politik, tetapi dipahami secara metafisik dan filosofis.
Sekularisme dalam keilmuan berarti membersihkan pikiran dari pemahaman ketuhanan dan meninggalkan kemanusiaan sendiri secara terpisah. Ini bahaya, dan itu peran utama bagaimana menghadapi masalah ini dan membawa ide-ide terkuat dalam Islam dan bagaimana membawa tauhid ke dalam sains ini.
Jadi tentu terkadang cendekiawan Muslim, yang bergerak dalam fisika dan kimia mengatakan, apa yang harus dilakukan tauhid dalam fisika, karena tauhid tidak ada hubungannya sama sekali dengan fisika. Ilmu ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan agama.
Yang harus dicatat, saat mengemukakan teori atau penemuan baru, seharusnya tidak mengesampingkan ketuhanan dalam hal tersebut, dalam pikiran manusia. Bagaimana caranya? Yaitu menggunakan apa yang dilakukan cendekiawan kita dulu, yakni harus mengekspresikan tauhid di tengah sekulerisme.
Apa peran ilmu agama dan pendidikan dalam menghadapi tantangan ke depan?
Dua hal ini sangat penting. Mengapa? Ingat apa yang saya katakan tadi bahwa sains Islam untuk menghadapi sekularisme dan ateisme. Tapi bagaimana kita menghadapi itu, ya dengan agama. Bagaimana menanamkan (keyakinan) bahwa Tuhan yang menciptakan semuanya dan Dia yang mahakuasa, semua sama.
Hasilnya nanti pada akhirnya kita hanya tinggal memberikan sedikit arahan tepat pada tradisi sains global. Kita tidak bisa menghentikan sains global, mustahil, karena bergerak dengan cepat dan sangat kuat. Itu seperti arus banjir yang mengalir deras, dan kalaupun dipotong dia akan tetap mengalir.
Jadi apa yang bisa dilakukan?
Kita membangun saluran untuk mengalirkan air sehingga bisa dimanfaatkan dengan benar. Saat dialirkan dengan benar maka arus air itu akan menjadi lebih lambat dan lebih terarah, sehingga bisa lebih dikontrol. Maka itu yang harus kita lakukan, memberikan arahan bagi tradisi sains global. Setelahnya akan lebih mudah. Baru setelah itu kita bisa saling bekerja sama.
Apakah sains menjadi faktor utama untuk mengembalikan kejayaan Islam?
Jelas, lihat saja sekarang kita memiliki referensi yang bagus dari Bediuzzaman Said Nursi dari Turki. Dia memiliki ide cemerlang. Dia mengatakan, ini akhir zaman dan kita mendekati akhirat. Di zaman ini semua pelajaran, semuanya akan berubah menjadi sesuatu hal yang bersifat saintifik. Jadi kalau seperti itu masa depan Islam dan juga umat Islam akan menjadi sangat penting bagaimana untuk memahami agama, baru selanjutnya memahami sains dan teknologi.
Jadi itu penting, tapi sains dan teknologi itu merupakan hal penting kedua. Yang utama adalah memahami agama karena kita harus membekali diri kita dengan benar karena apa yang kita dapat melalui agama akan memberikan kita perspektif dan kerangka berpikir yang baik untuk melihat sains dan teknologi.
Tapi kalau Anda mengatakan, saya tidak peduli dengan sains dan hanya peduli dengan agama maka Anda hanya akan berada di satu sisi. Itu tidak bisa dilakukan untuk saat ini, karena pada zaman ini dibutuhkan keduanya. Kalau hanya punya satu tidak akan bisa bertahan pada era ini.
Pada masa lalu, orang bertahan hanya dengan menggunakan agama, tanpa ilmu. Tapi sekarang bukan seperti itu caranya. Itu jelas, karena semua berdasarkan sains, pembelajaran saintifik, dan teknologi.
Terakhir, apa pendapat Anda tentang Islam di Indonesia?
Saya menyelesaikan gelar profesor saya di Chicago, Amerika Serikat. Dan profesor saya Fazlur Rahman Rahmatullahi 'Alaihi, dia pernah mengucapkan sesuatu yang tidak akan pernah saya lupakan, dia bilang, saya telah banyak mendatangi banyak negara muslim. Dan dia bisa melihat masa depan Islam di dua negara, yaitu Turki dan Indonesia. Karena masyarakatnya dinamis, berpikir secara Islam, hidup dan belajar secara Islami dan itu penting dan itu juga yang saya lihat dari Indonesia, alhamdulillah. Jadi masa depan islam berada di tangan Anda. [yy/republika]