pustaka.png
basmalah2.png


19 Rabiul-Awwal 1445  |  Rabu 04 Oktober 2023

As-Suyuthi Ungkap Siapa yang Populerkan Penanggalan Hijriyah

As-Suyuthi Ungkap Siapa yang Populerkan Penanggalan Hijriyah

Fiqhislam.com - Jaladuddin As-Suyuthi mengemukakan fakta mencengangkan tentang siapakah yang pertama kali memopulerkan penggunaan Hijriyah sebagai patokan penanggalan. Menurut murid ulama bermazhab Hanafi terkenal, Taqiyuddin as-Subki itu, Umar bin Khattab bukanlah sosok yang pertama kali menyerukan penggunaan peristiwa hijrah dari Makkah ke Madinah sebagai acuan penanggalan.

Akan tetapi, Rasulullah SAW yang paling awal menyerukan penggunaannya. Informasi itu ia peroleh secara langsung dari sang guru, Bulqaini. Riwayat secara lisan itu menyambung hingga Ibnu Syihab az-Zuhri.

Dituturkannya, konon Rasulullah SAW pernah memerintahkan penanggalan. Ibnu Asakir membenarkan fakta tersebut. Menurut dia, riwayat inilah yang paling kuat. Sementara itu, informasi yang selama ini beredar menyebutkan yang memerintahkan penggunaan momentum hijrah adalah Umar bin Khattab. Fakta itu salah. Ibnu Asakir menukil pernyataan Ibnu Shalah.

Ibnu Shalah yang merupakan pakar hadis itu memperoleh data yang menyatakan bahwa bukan Umar yang pertama kali memerintahkan hal itu. Data itu bersumber dari Kitab Fi as-Syuruth karangan Abu Thahir Ibnu Mahmasy (az-Ziyadi). Dalam kitab itu disebutkan, Rasulullah pernah menulis surat ke umat Nasrani di Najran.

Untuk penulisannya, Nabi SAW memerintahkan Ali untuk menuliskan dalam sebuah surat kalimat sebagai berikut, “Surat ini ditulis pada hari kelima sejak hijrah”. Dengan yakin, as-Suyuthi menegaskan, penyeru penggunaan hijrah sebagai pedoman penanggalan Islam, bukanlah Umar bin Khattab. “Jelas yang pertama Rasulullah, Umar hanya mengikuti,” tulisnya.

Pendapat ini dikuatkan dengan riwayat lain, misalnya riwayat di Kitab at-Tarikh as- Shaghir, karya Imam al-Bukhari. Bahwa, saat Umar bin Khattab hendak menetapkan sistem penanggalan, ia mengumpulkan para sahabat dan meminta saran mereka. Ibnu al-Munayyir menyebutkan, peristiwa itu terjadi ketika masa pemerintahannya berjalan dua setengah tahun. Setelah mendapatkan masukan, ia pun memilih pendapat Ali bin Abi Thalib, yang acuannya ialah peristiwa hijrah.

 

As-Suyuthi Ungkap Siapa yang Populerkan Penanggalan Hijriyah

Fiqhislam.com - Jaladuddin As-Suyuthi mengemukakan fakta mencengangkan tentang siapakah yang pertama kali memopulerkan penggunaan Hijriyah sebagai patokan penanggalan. Menurut murid ulama bermazhab Hanafi terkenal, Taqiyuddin as-Subki itu, Umar bin Khattab bukanlah sosok yang pertama kali menyerukan penggunaan peristiwa hijrah dari Makkah ke Madinah sebagai acuan penanggalan.

Akan tetapi, Rasulullah SAW yang paling awal menyerukan penggunaannya. Informasi itu ia peroleh secara langsung dari sang guru, Bulqaini. Riwayat secara lisan itu menyambung hingga Ibnu Syihab az-Zuhri.

Dituturkannya, konon Rasulullah SAW pernah memerintahkan penanggalan. Ibnu Asakir membenarkan fakta tersebut. Menurut dia, riwayat inilah yang paling kuat. Sementara itu, informasi yang selama ini beredar menyebutkan yang memerintahkan penggunaan momentum hijrah adalah Umar bin Khattab. Fakta itu salah. Ibnu Asakir menukil pernyataan Ibnu Shalah.

Ibnu Shalah yang merupakan pakar hadis itu memperoleh data yang menyatakan bahwa bukan Umar yang pertama kali memerintahkan hal itu. Data itu bersumber dari Kitab Fi as-Syuruth karangan Abu Thahir Ibnu Mahmasy (az-Ziyadi). Dalam kitab itu disebutkan, Rasulullah pernah menulis surat ke umat Nasrani di Najran.

Untuk penulisannya, Nabi SAW memerintahkan Ali untuk menuliskan dalam sebuah surat kalimat sebagai berikut, “Surat ini ditulis pada hari kelima sejak hijrah”. Dengan yakin, as-Suyuthi menegaskan, penyeru penggunaan hijrah sebagai pedoman penanggalan Islam, bukanlah Umar bin Khattab. “Jelas yang pertama Rasulullah, Umar hanya mengikuti,” tulisnya.

Pendapat ini dikuatkan dengan riwayat lain, misalnya riwayat di Kitab at-Tarikh as- Shaghir, karya Imam al-Bukhari. Bahwa, saat Umar bin Khattab hendak menetapkan sistem penanggalan, ia mengumpulkan para sahabat dan meminta saran mereka. Ibnu al-Munayyir menyebutkan, peristiwa itu terjadi ketika masa pemerintahannya berjalan dua setengah tahun. Setelah mendapatkan masukan, ia pun memilih pendapat Ali bin Abi Thalib, yang acuannya ialah peristiwa hijrah.

 

As-Suyuthi Sebut Fakta Lembaran Utama Sejarah Manusia

As-Suyuthi Sebut Fakta Lembaran Utama Sejarah Manusia


As-Suyuthi Sebut Fakta Lembaran Utama Sejarah Manusia


Fiqhislam.com - Mengawali kitabnya, Jaladuddin as-Suyuthi yang juga dikenal melalui kitabnya al-Itqan fi Ulum Alquran itu, menyebutkan fakta tentang lembaran utama sejarah manusia. Permulaannya dimulai saat Adam as diturunkan ke bumi. Sejarah itu dilanjutkan oleh para anaknya, hingga Allah menurunkan Nuh as. Babak baru sejarah pun dimulai, terutama pascaperistiwa banjir dahsyat yang menenggelamkan mereka yang enggan bergabung di perahu.

Ketika Nuh as dan keturunannya berlabuh di daratan, beliau membagi bumi untuk ketiga anaknya. Sam mendapat beberapa wilayah, yaitu Baitul Maqdis, Nil, Eufrat, Dajla, Sehan, dan Jeihan. Sedangkan bagian Ham, ialah barat Sungai Nil hingga arah mula angin di Dabur. Sementara itu, Yafuts memperoleh wilayah Qasiyun hingga Shaba. Kisah itu pun berlanjut dari kisah angin topan, hingga kisah ditaklukkannya api oleh Ibrahim as.

Anak-anak Ibrahim berpencar dan menciptakan sejarah masing-masing, hingga pengutusan Nabi Yusuf AS, selanjutnya ke Nabi Musa as, lalu dilanjutkan oleh Sulaiman, Isa, hingga diutusnya Rasulullah SAW. As-Suyuthi mengutip kisah ini dari kitab Tarikh Kabir yang dikarang Ibnu Abi Khaitsamah.

Menurut Tarikh Kabir, keturunan Ismail yang tersisa memulai penulisan sejarah dari peristiwa keluarnya Bani Sa’ad, Nahd, Juhainah, hingga wafatnya Ka’ab bin Luayyi. Lalu, dimulakan lagi dari peristiwa itu hingga tragedi Tahun Gajah. Dari sini dituliskan sampai Umar bin Khattab menulis dari peristiwa hijrah.

Mengutip tulisan Ibnu Jarir at- Thabari di Kitab Tarikh-nya, penulisan sejarah dengan versi di atas pada dasarnya serupa dengan corak dan data yang masyhur di Bangsa Yahudi. Menurut dia, fakta semacam itu tidak patut dikutip oleh umat Islam. Bagi Islam, penanggalan sejarah hanya akan bermula dari peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah.

Sementara itu, bagi Quraisy, patokan sejarah dimulai sebelum Islam, tepatnya saat Pasukan Gajah, menyerang Ka’bah. Konon, penanggalan yang berlaku di kalangan mereka, penamaannya cukup merujuk pada peristiwa yang terjadi di hari itu. Misal, Kulab Ula, Kulab Tsani, dan hari Jabalah. Bagi, kaum Nasrani, penanggalan merujuk pada masa Iskandar Dzul Qarnain.

 

As-Syamarikh fi Ilmi At-Tarikh, Sejarah Pembuatan Penanggalan

As-Syamarikh fi Ilmi At-Tarikh, Sejarah Pembuatan Penanggalan


As-Syamarikh fi Ilmi At-Tarikh, Sejarah Pembuatan Penanggalan


Fiqhislam.com - Sejarah, tak sakadar kisah yang dinukil, tanpa faedah dan makna. Keberadaan sebuah fakta sejarah yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan, memiliki kedudukan krusial dalam Islam. Sebagiannya bahkan digunakan oleh para ahli hadis, sebagai dasar sanggahan terhadap kebohongan fakta yang disematkan musuh Islam.

Ada kisah yang dinukil tentang urgensi sejarah. Konon, sekelompok Yahudi Khaibar, pernah mengklaim ke Wazir Ibnu Musallamah, bahwasanya Rasulullah SAW telah menggugurkan kewajiban membayar upeti (jiziyyah) dari mereka. Mendengar cerita itu, sang wazir tak lantas mempercayainya. Ia kemudian menanyakannya ke pakar sejarah, al-Khatib al-Baghdadi, pen garang kitab ilmu hadis terkenal al-Kifayah fi ‘Ilm ar-Riwayah. Menurut tokoh tersebut, klaim yang disampakan para Yahudi itu mengada-ada, dan tidak pernah ada faktanya.

Pendapat al-Khatib bukan tanpa dasar. Sepanjang yang ia ketahui, klaim Yahudi itu merujuk pada kesaksian Muawiyah bin Abi Sufyan. Padahal, Muawiyah baru menyatakan Islam saat peristiwa penaklukkan Makkah (fathu Makkah). Sedangkan peristiwa Khaibar, terjadi pada tahun ketujuh Hijriah. Argumentasi lain ialah keberadaan saksi Sa’ad bin Mu’adz. Ini janggal. Pasalnya, Sa’ad meninggal di tahun terjadinya perang Khandaq, sebelum perang Khaibar meletus. Masih banyak kisah lain yang menguatkan urgensi sejarah.

Dalam kitab as-Syamarikh fi Ilmi at-Tarikh, (Acuan Ilmu Sejarah), karya ulama terkemuka di abad kedelapan Hijriah, Jaladuddin as-Suyuthi, urgensi sejarah hendak diungkapkan. Kitab yang ketiga naskah manuskripnya ditemukan di perpustakaan Al- Azhar, Kairo, Mesir, itu membahas hal-hal yang berkenaan dengan sejarah.

Tetapi, jangan memba yang kan, kitab yang dika rang oleh tokoh kelahiran Kairo, 1 Rajab 849 tersebut, itu layaknya ensiklopedi kom plet sejarah dengan segenap rentetan peristiwa sekaligus data lengkap, atau membandingkannya dengan kitab-kitab sejarah sekaliber karya Ibnu Sa’ad dengan Thabaqat al-Kubra, Thabari melalui Tarikh-nya, atau barangkali Ibnu Katsir dalam karya nya al-Bidayah wa an-Nihayah. Apa yang dilakukan as-Suyuthi dalam karyanya itu ialah merangkai faktafakta sejarah yang tercecer di referensi- refensi utama tersebut.

Kitab ini ditulis cukup sederhana, hanya terdiri atas tiga bab. Tetapi, kesederhanaan itu tak mengurangi kualitas dan nilai buku tersebut. Bahkan, menyodorkan fakta mencengangkan yang mendobrak asumsi semua orang perihal, siapakah yang pertama kali memberlakukan kalender Hijriah.

Di bab pertama, tokoh bermazhab Syafii itu menulis tentang permulaan penulisan sejarah, berikut patokan yang digunakan untuk melakukan penanggalan. Pada bab kedua, ia mengemukakan sejumlah manfaat dan kegunaan sejarah. Menurut dia, ada beberapa faedah sejarah. Dengan sejarah yang dilengkapi data waktu kejadiannya, akan membantu menge tahui masa, melacak kapan sebuah karya ditulis, memberi informasi waktu kelahiran dan meninggalnya tokoh. Berbagai hal itu sangat dibutuhkan dalam disiplin ilmu hadis.

Ia mengutip perkataan para pakar. Hafash bin Ghiyat berkata, “Apabila kalian menuduh seorang rawi telah berdusta, ujilah dengan tahun.” Hamad bin Zaid juga pernah me ngatakan, informasi waktu sebagai unsur terpenting sejarah membantu membongkar kedustaan para pendusta riwayat. Dan, di bab yang terakhir, ia menyebutkan pernak-pernik berharga seputar sejarah. [yy/republika]

 

 

Tags: Hijriyah