Fiqhislam.com - Dinasti pemerintah Iran telah mempersiapkan sekitar 200 ribu anak muda di seluruh kawasan Timur-tengah menyambut kedatangan Imam Mahdi versi Syiah.
International Business Times mengabarkan Jumat (15/1/2015), hal itu ditegaskan oleh Mayor Jenderal Mohammad Ali Jafari.
Pemimpin Garda Revolusi Iran itu mengungkapkan, ''Terbentuknya ISIS dan Takfiri, dan kejadian belakangan ini, menjadi dasar dari bangkitnya Imam Mahdi,'' kata Ali Jafari seperti dikutip Middle East Monitor.
''Anda dapat menyaksikan kesiapan 200 ribu kawula muda bersenjata di Suriah, Irak, Afghanistan, Pakistan dan Yaman,'' ujar pemimpin Garda Nasional Iran itu.
''Namun, Sejumlah pemimpin Timur Tengah tidak setuju dengan pernyataan jenderal Ali Jafar,'' tulis Asharq l-Aqwat koran berbahasa Arab di London.
Jurubicara Pemerintah Yaman menyebut pernyataan Jenderal Ali Jafar itu bagaikan agresi terang-terangan terhadap Yaman dan melanggar kedaulatan Yaman. Sebab syiah Houthi yang ingin menggulingkan Pemerintahan Yaman itu, didukung dana oleh Iran.
Pemerintah Arab Saudi dan negara-negara sekutunya yang sama-sama Sunni memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, setelah Kedubes Saudi dibakar.
Hukuman dan eksekusi yang dijatuhkan Saudi membuat hubungan Iran dan Saudi semakin tegang.
Dan ketegangan itu makin diperuncing dengan perseteruan Syiah-Sunni. Kaum Syiah meyakini bahwa Imam Mahdi akan muncul menyusul serangkaian ketidakstabilan yang menyerupai Armageddon atau kiamat.
Diketahui, Imam Mahdi yang diriwayatkan dalam hadits bernama Muhammad bin Abdillah sesuai dengan nama Nabi Muhammad SAW dan nasabnya. Sedangkan Imam Mahdi versi aliran Syi’ah bernama Muhammad bin Hasan Al-‘Askari.
Menurut versi Syiah Al-Mahdi sangat membenci para sahabat dan istri-istri Nabi Aisyah r.a, bahkan menurut Syiah ekstrim sekte Rafidhah meyakini 'al-Mahdi' akan membangkitkan dan mengeluarkan para sahabat dari dalam kubur ―kecuali Sayidina Ali― dan menyiksa mereka setelahnya. [yy/atjehcyber]