Fiqhislam.com - Terpilihnya Sadiq Khan sebagai Wail Kota London, memicu perdebatan di masyarakat mengenai bagaimana Islam dan Muslim pertama kali hadir di Inggris. Ternyata di masa-masa akhir era Victoria, sejumlah bangsawan termasuk beberapa putri kerajaan Inggris memeluk Islam.
Hari ini, seperti dilansir Aljazirah, Inggris memiliki populasi Muslim yang besar dan beragam. Lebih dari 2,7 juta Muslim tinggal di Inggris dan Wales.
Pada tahun 1913, surat kabar Daily Morror merespon masuknya Lord Headley ke agama Islam dalam artikelnya. Seperti Headley, banyak mualaf Muslim Inggris merupakan bangsawan muda atau anak-anak pedagang elit. Beberapa penjelajah, intelektual, dan pejabat tinggi kerajaan menerima Islam. Merena umumnya bekerja dan tinggal di negara-negara Muslim di bawah pemerintah kolonial Inggris.
Profesor di Royal Holloway Universitas London Profesor Humayun Ansari mengatakan, cerita-cerita mualaf ini mencerminkan masa-masa sulit mereka. Di mana banyak pertanyaan mendalam yang diajukan mengenai agama dan sifat serta asal-usul manusia.
"Ada pembantaian dan kekacauan dalam Perang Dunia I, gerakan perjuangan hak perempuan, pertanyaan mengenai imperialisme dan hak Inggris dan Kerajaan Barat lain. Dalam banyak hal (mereka yang pindah agama) hidup dalam dunia yang sangat bermasalah. Lalu mereka melihat perdamaian, spiritualitas, dan kesederhanaan dalam Islam, itu sangat menarik mereka," kata Ansari.
Cerita-cerita ini menunjukkan sebuah era di mana Islam dilihat sebagai cahaya yang jauh berbeda oleh masyarakat Barat dibanding sekarang. Berikut sejumlah Muslim era Victoria:
William Quilliam (1856-1932).
William Quilliam yang kemudian berganti nama menjadi Abdullah Quilliam merupakan anak seorang pendeta Methodist yang menonjol di Liverpool. Pada 1856, Quilliam masuk Islam. Ia telah melakukan perjalanan dari Inggris ke Maroko, Tunisia dan Aljazair untuk mencari iklim yang lebih hanya untuk membantu pemulihan penyakitnya.
Quilliam terpesona dengan Islam dan menenggelamkan diri mempelajarinya. Quilliam yang memeluk Islam saat berada di Maroko, kembali ke Liverpool dan mulai menyebarkan keyakinannya. Di usia 20an ia mendirikan masjid pertama di Inggris yang dibuka tepat pada hari Natal 1889 di Liverpool. Quilliam diangkat jadi pemimpin Muslim Inggris oleh Khalifah terakhir Ottoman.
Quilliam menulis buku untuk memperkenalkan Islam kepada warga Inggris. Ia bahkan mengirimkan salinannya ke Ratu Victoria yang dilaporkan menikmati buku itu dan membuat salinan untuk anak-anaknya.
Lady Evelyn Cobbold (1867-1963).
Lady Evelyn Cobbold atau yang kemudian mengganti namanya menjadi Zainab, merupakan bangsawan terakhir Victoria yang masuk Islam. Ia lahir di Edinburgh pada 1987 dan merupakan anak ketujuh dari Earl of Dunmore.
Pada 1933, saat berusia 65 tahun, ia menyatakan memeluk Islam dan menjadi wanita Barat pertama yang melaksanakan ibadah haji. Ia menulis sebuah buku berjudul "Pilgrimage to Mecca" yang mengisahkan perjalanannya.
Rowland Allanson-Winn (1855-1935)
Rowland Allanson-Winn atau lebih dikenal dengan Lord Headley, menjadi Muslim pertama yang duduk di House of Lords. Pada 1913 ia masuk Islam dan berganti nama menjadi Syekh Rahmatullah al-Farooq. Pada 1914 ia memimpin Komunitas Masyarakat Muslim Inggris.
Lord Headley melihat Islam sebagai agama toleransi dan belajar Islam dari mentornya seorang ulama Islam Khwaja Kamaludin. Ia berangkat haji ke Mekkah pada 1923. Saat sekarat ia sempat menulis wasiat pada anaknya yang meminta agar ketika meninggal ia dimakamkan di pemakaman Islam.
Marmaduke Pickthall (1875-1936).
Muhammad Marmaduke Pickthall merupakan sarjana Inggris yang lahir sebagai pendeta Anglikan. Sebelum masuk Islam, ia bepergian ke India dan Timur Tengah.
Pickthall masuk Islam pada 1917 dan melanjutkan menerbitkan terjemahan Alquran dalam bahasa Inggris modern. Terjemahannya itu kemudian disahkan oleh Universitas Al-Azhar Kair dan menjadi standar penerjemahan Alquran dalam bahasa Inggris saat ini.
Dalam kata pengantar dari terjemahannya, Pickthall mengatakan Alquran tak bisa diterjemahkan. Menurutnya ini hanya upaya menghadirkan makna Alquran dalam bahasa Inggris. Namun terjemahan ini menurutnya tak akan pernah menggantikan dan tak bertujuan menggantikan arti Alquran dalam bahasa Arab. [yy/republika]