Pesan Nabi Saw Tentang Penduduk Mesir
Fiqhislam.com - Saat Nabi shallalahu alaihi wasallam masih hidup, Mesir belum masuk ke wilayah Islam. Tetapi beliau telah bersabda tentang Mesir. Berikut ini hadits sahih tentang Mesir:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ شِمَاسَةَ الْمَهْرِيِّ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا ذَرٍّ يَقُولُ:قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّكُمْ سَتَفْتَحُونَ أَرْضًا يُذْكَرُ فِيهَا الْقِيرَاطُ فَاسْتَوْصُوا بِأَهْلِهَا خَيْرًا فَإِنَّ لَهُمْ ذِمَّةً وَرَحِمًا فَإِذَا رَأَيْتُمْ رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلاَنِ فِي مَوْضِعِ لَبِنَةٍ فَاخْرُجْ مِنْهَا. قَالَ : فَمَرَّ بِرَبِيعَةَ وَعَبْدِ الرَّحْمَنِ ابْنَيْ شُرَحْبِيلَ ابْنِ حَسَنَةَ يَتَنَازَعَانِ فِي مَوْضِعِ لَبِنَةٍ فَخَرَجَ مِنْهَا (رواه مسلم )
Dari Abdurrahman bin Syimasah al-Mahri berkata: Aku mendengar Abu Dzar berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya kalian akan menaklukkan wilayah yang disebut-sebut di sana al-Qirath. Maka berwasiatlah yang baik kepada penduduknya. Karena mereka mempunyai hak penghormatan dan rahim atas kalian. Jika kalian lihat dua orang bertikai di tempat labinah, maka keluarlah darinya.”
Abdurahman berkata: Maka dia (Abu Dzar) melewati Rabi’ah dan Abdurahman keduanya adalah putra dari Syurahbil bin Hasanah yang sedang bertikai di tempat labinah, maka dia pun keluar darinya. (HR. Muslim no. 4614)
Riwayat lain yang dinukil oleh Abul Abbas Ahmad bin Imran al-Qurthubi dalam kitabnya yang menjelaskan Sahih Muslim; al-Mufhim lim asykala min talkhis kitab muslim (Beirut: Dar Ibn Katsir, hadits no 2448, 6/499), disebutkan:
“Sesungguhnya kalian akan menaklukkan Mesir. Yaitu wilayah yang disebut di sana al-Qirath. Jika kalian telah menaklukkannya maka berilah wasiat yang baik kepada penduduknya....”
Jadi, wilayah yang dibahas dalam hadits ini adalah Mesir.
Al-Qurthubi selanjutnya menjelaskan, “Ini pemberitahuan tentang hal yang ghoib, terjadi sebagaimana yang beliau beritahukan. Sebagai bukti kenabian.” (al-Mufhim 6/499)
Imam an-Nawawi yang juga menulis kitab yang menjelaskan Sahih Muslim (al-Minhaj Syarah Sahih Muslim ibn al-Hajjaj 16/97, MS) menyampaikan hal serupa, “Pada hadits ini ada mukjizat-mukjizat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang terlihat. Di antaranya pemberitahuan beliau bahwa umat ini akan mempunyai kekuatan setelah beliau, di mana mereka mampu menaklukkan orang asing dan para diktator; di antaranya mereka akan menaklukkan Mesir.”
Dalam hadits tersebut, Nabi menyebutkan al-Qirath. Ada dua pendapat ulama tentang makna al-Qirath:
1. Bagian dari Dinar atau Dirham
Kalau disederhanakan dalam bahasa kita bisa disebut “Sen”, yaitu bagian kecil dari sebuah mata uang. Hal ini disampaikan oleh beberapa ulama di antaranya Imam an-Nawawi, di mana beliau berkata, “Para Ulama berkata: al-Qirath adalah bagian dari Dinar dan Dirham. Masyarakat Mesir banyak memakainya dan membicarakannya.” (al-Minhaj, 16/97, MS)
2. Cacian, makian dan apa saja yang tidak nyaman didengar
Imam ath-Thahawi dan ulama yang lain menolak pendapat pertama dan lebih menguatkan pendapat yang ini. Beliau mengatakan, “Ini ada di dalam pembicaraan penduduknya (Mesir): aku beri fulan Qirath-Qirath, jika dia mendengar hal yang tidak disukainya dan diajak bicara dengan cara yang tidak nyaman.....hal ini tidak ada di percakapan kota manapun kecuali Mesir.” (Bayan Musykil al-Atsar, 3/176, MS)
Kedua pendapat di atas memang terlihat sama kuatnya. Di mana masing-masing didukung oleh para ulama besar dan juga dengan argumen yang memiliki akar dalam Bahasa Arab.
Kalau kedua pendapat ini kita gabungkan, berarti Nabi ingin menyampaikan bahwa masyarakat Mesir mempunyai titik kelemahan:
- Terlalu banyak membicarakan masalah uang atau dunia
- Terbiasa mengeluarkan cacian, makian dan kalimat-kalimat yang tidak baik
Untuk itulah Nabi berpesan kepada para sahabat sepeninggal beliau dan siapapun yang hari ini membaca pesan Nabi ini agar menyampaikan pesan-pesan yang baik bagi masyarakat Mesir. Agar mereka bisa mengubah kelemahan mereka dan meledakkan potensi kebaikan mereka yang sesungguhnya memang besar. Terbukti dengan perhatian khusus Nabi tentang mereka.
Pesan yang baik bagi masyarakat Mesir juga dilandasi oleh dua hal penting:
1. Mereka memiliki hak untuk dihormati
Para ulama menjelaskan bahwa yang dimasud dengan kalimat ini adalah: Masyarakat Mesir adalah merupakan masyarakat asal ibunya orang Arab yaitu Hajar, istri Nabi Ibrahim yang merupakan ibunda dari Nabi Ismail. Dari Ismail lah turunnya bangsa Arab termasuk Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
2. Mereka memiliki hak rahim
Dalam riwayat lain menggunakan kata (shihra = ipar). Para ulama mengatakan bahwa yang dimaksud adalah: Salah satu istri Nabi Muhammad asli bangsa Mesir. Yaitu Maria al-Qibthiah. Dari Maria lah lahir salah satu putra Nabi yang bernama Ibrahim. Lihatlah, bahkan Nabi seakan ingin mengingatkan kita kalau Mesir mempunyai posisi dengan penamaan putranya dari Maria sama dengan nama suami ibunda Hajar yaitu Nabi Ibrahim.
Maka, Nabi berpesan agar selalu memperhatikan masyarakat Mesir dan memberikan pesan-pesan baik bagi mereka. Ini kewajiban bagi masyarakat muslim manapun.
Di akhir hadits beliau mengingatkan agar keluar dari Mesir jika telah terlihat dua orang bertikai di tempat labinah. Kata labinah dalam Bahasa Arab berarti batu bata. Tetapi mari kita dengarkan penjelasan Imam al-Qurthubi tentang perintah Nabi ini,
“Yang dimaksud: banyaknya penduduk dan pertikaian di buminya (Mesir). Mereka sibuk tanam-menanam dari jihad dan memenangkan agama. Untuk itulah beliau memerintahkan agar keluar ke tempat jihad.
Bisa juga artinya: karena manusia bersaing dalam masalah tanah, sehingga banyak pertikaian mereka, kejahatan mereka, menyebarnya kebakhilan dan kejahatan. Maka harus lari dari tempat yang seperti itu, jika mendapatkan tempat yang tidak ada semua hal tersebut.”
Dari penjelasan ini, maka Nabi ingin menyampaikan bahwa masyarakat Mesir yang lalai dari agamanya akan sibuk dengan urusan dunia (tanam-menanam, urusan tanah), efeknya menyebarnya kejahatan (pertikaian, bakhil, kriminalitas) dan meninggalkan jihad!
Nabi menyarankan agar keluar dari Mesir jika hal itu telah terjadi menuju tempat yang lebih baik dan tidak terdapat hal-hal rusak tersebut.
Tetapi tunggu dulu, dengarkan lanjutan penjelasan Imam al-Qurthubi tentang pilihan negeri lain yang lebih baik dari Mesir,
Tetapi mana mungkin ada! Hal tersebut adanya di generasi awal. Adapun hari ini, keberadaan tempat seperti itu sangat sulit didapatkan.” (al-Mufhim, 6/501, Beirut: Dar Ibn Katsir)
Imam al-Qurthubi meninggal tahun 656 H. Itu adalah tahun keruntuhan Islam di timur di tangan pasukan Mongol. Sementara Islam di barat yaitu Andalus dan sekitarnya–di mana al-Qurthubi tinggal- sedang dalam masa pecahnya dikarenakan ambisi para pemimpin. Tetapi secara umum, Islam masih memimpin bumi. Dan Islam di Andalus sendiri masih hidup setidaknya 2 abad lagi. Sementara di belahan bumi lain seperti di Turki, Islam mulai tumbuh kuat.
Saat suasana zaman masih baik jika diukur dengan hari ini, Imam al-Qurthubi mengatakan, di mana bisa didapat negeri yang lebih baik. Sangat sulit, kata beliau.
Keadaan hari ini, jelas sangat jauh dibandingkan dengan masa Imam al-Qurthubi menuliskan kitabnya tersebut.
Untuk itulah, wahai masyarakat Mesir. Kami sebagai saudara kalian dalam akidah, melaksanakan perintah Nabi agar berpesan yang baik bagi kalian. Dan inilah pesan kami:
Kalianlah yang harus memperbaiki Mesir. Jangan tinggalkan Mesir, karena kalian sulit atau bahkan tidak akan menjumpai negeri yang lebih baik dari negeri kalian. Kalau dahulu Nabi kita menyampaikan bahwa para diktator dzalim itu bisa disingkirkan oleh generasi sahabat, maka kini giliran kalian sebagai ikhwan dan shihra Nabi yang membuktikan mampu menumbangkan para penguasa dzalim itu.
Jauhi segala macam pertikaian kepentingan dunia dalam membangun Mesir. Kalian adalah masyarakat jihad. Dengan jihad lah Mesir menjadi negeri besar.
Tetapi, hati-hati. Hati-hati terjatuh dalam lubang yang sama. Serahkan Mesir pada sejarah kegemilangannya!
cahayasiroh.com